Free Download | Mp3 Music | Full Lyric

Senin, 26 November 2012

ASI Belum Tentu Baik Bagi Bayi

Selamat beraktivitas para sahabat sekalian, 

Pada kesempatan ini, saya akan berbagi cerita kepada para sahabat sekalian. Beberapa hari yang lalu saya sempat berbincang bincang dengan beberapa teman mengenai dunia pertanian. Banyak hal yang kami bahas, mulai dari benih, jagung, padi, dan akhirnya menjurus kepada hasil pertanian yang selama ini sudah dikonsumsi oleh manusia.

Dalam perbincangan tersebut, ada beberapa hal yang menarik dan kemudian menjadi kesimpulan saya pada waktu pembahasan. Kesimpulan yang saya peroleh adalah mengenai banyaknya makanan dan minuman yang dikonsumsi seseorang, kebanyakan sudah terkontaminasi leh zat zat kimia berbahaya. Salah satunya adalah bahan pengawet dan juga protein buatan yang digunakan mempercepat pertumbuhan hewan serta tanaman.

Coba kita bayangkan, pada waktu dulu seringkali kita mengetahui bahwa masa panen padi adalah 5-6 bulan. Sedangkan pada waktu sekarang, jenis padi tertentu dalam usia 3,5 bulan pun sudah bisa dipanen. Pada contoh bahan makanan yang lain, ayam potong dulu umumnya bisa dipanen 1,5-2 bulan, pada saat sekarang, sudah banyak ayam potong yang bisa dipanen setelah 28 hari / 4 minggu (sumber). 

Contoh di atas memberikan bukti bahwa semakin lama pertumbuhan hewan ataupun tumbuhan yang menjadi bahan makanan kita akan menjadi lebih cepat. Secara finansial hal tersebut memang menguntungkan. Namun secara kesehatan hal tersebut belum tentu menguntungkan. Penyebabnya adalah karena semakin tidak wajarnya susunan gen dalam spesies tersebut akibat adanya beberapa sel yang termutasi sehingga menyebabkan semakin cepatnya pertumbuhan spesies tersebut.

Dalam perbincangan tersebut saya juga membahas bahwa saat ini semakin banyaknya penggunaan pupuk kimia pada tumbuhan pertanian dan pakan ternak kimia (konsentrat) kepada hewan ternak dapat menyebabkan semakin terkontaminasinya bahan makanan manusia. Dengan makanan yang terkontaminasi, otomatis bahan kimia berbahaya pun akan semakin berada di dalam tubuh kita. Buah dan sayur yang masih dianggap sehat pun pada kenyataannya juga merupakan salah satu sumber bahan kimia berbahaya yang ada di tubuh kita.

Terus bagaimana jika ibu hamil yang mengkonsumsi bahan makanan yang terkontaminasi kemudian menmberikan ASI kepada anaknya??

Beberapa pandangan yang selama ini kita dengar adalah bahwa ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi. Beberapa alasan pendukungnya adalah sebagai berikut:

1. ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan bayi
2. ASI mengandung zat antibodi
3. ASI mudah dicerna oleh bayi
4. ASI steril, segar, dan tidak pernah basi
5. ASI bisa m,encegah diare, sembelit, infeksi telinga, dan obesitas
6. ASI mencegah alergi
sumber :  Dokteranakku

Kemudian, apakah beberapa kelebihan tersebut masih berlaku sampai sekarang. Jawabannya adalah iya, beberapa kelebihan tersebut memang masih berlaku. Namun ada salah satu pengecualian yang harus diperhatikan oleh ibu dari si bayi. Yaitu semua makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh ibu, secara langsung akan diberikan kepada si anak melalui ASI, baik itu berupa obat obatanmaupun berupa bahan kimia berbahaya yang dikonsumsi melalui makanan.

Oleh karena itulah, berdasarkan diskusi saya dengan teman teman saya. ASI belum tentu baik bagi bayi karena ibu ibu jaman sekarang pun kurang memperhatikan dengan baik makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Mie instan, camilan camilan berbahan pengawet, susu kaleng, sardens, dan berbagai makanan dan minuman berbahan kimia pun selalu dikonsumsi si ibu padahal pada waktu yang sama dia juga akan menyalurkannya kepada anaknya melalui ASI.

Jadi dalam postingan ini saya berharap agar para ibu ibu yang lagi menyusui anaknya lebih memperhatikan lagi asupan makanan, minuman dan obat obatan. Jangan sembrono makan segala makanan, karena makanan jaman sekarang juga tidak lebih baik dari makanan jaman dulu seperti gaplek dan tiwul.

Terima kasih dan semoga bermanfaat.

ASI Belum Tentu Baik Bagi Bayi Rating: 4.5 Diposkan Oleh: irwan di

0 komentar:

Posting Komentar